Raihlah mimpimu. Kejarlah citamu. Jangan pernah menyerahuntuk menjadi yang terbaik.
Liem Swie King
Saya bernama Vladis Lim, saya seorang Rusia yang bisa berbahasa Indonesia. Pada saat ini menemukan seorang asing yang bisa berbahasa Indonesia bukanlah hal yang luar biasa lagi, apalagi kalau orang tersebut pernah tinggal di Indonesia atau berasal dari Belanda yang pernah menjajah Indonesia. Tetapi saya mempunyai cerita yang berbeda bagaimana pertama kali saya berkenalan dengan bahasa, budaya dan masyarakat Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Indonesia dan merupakan salah satu bahasa terpenting di Asia dengan lebih dari 200 juta penutur. Selain itu, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang paling mudah untuk dipelajari di antara bahasa Asia lainnya. Namun saya tidak akan memutuskan untuk mempelajari suatu bahasa asing, jika saya tidak berminat pada bangsa serta kebudayaannya.
Di tahun 1999 ketika saya berlibur di Turki, saat saya menonton MTV Asia, muncul minat saya untuk mengenal Indonesia lebih jauh. Di antara semua videoklip yang diputar dalam MTV Land Indonesia, saya paling suka lagu-lagu dari artis muda seperti Base Jam ("Bukan Pujangga")dan Dewi Gita ("Padamu"). Saya jadi mulai mencari lagu-lagu Indonesia lainnya dan mendownloadnya (mengunduhnya?) dari server ITB (Institut Teknologi Bandung). Begitulah saya mengetahui artis populer lainnya seperti Dewa 19, Padi, Lingua, The Groove, KLA Project, Chrisye dan Ebiet G. Ade. Pada tahun 2002, penyanyi yang terakhir ini menjadi artis terfavorit saya dan saya beruntung untuk mendapatkan diskografi terlengkapnya dalam bentuk MP3 dan berhasil menyusun sebuah buku liriknya dengan hampir 150 lagu.
Akhirnya, pada tahun 2003, saya mulai belajar bahasa Indonesia sambil berkenalan dengan orang Indonesia untuk berlatih bahasa cakap. Selama 2 tahun berikutnya, saya sering mengunjungi perpustakaan bahasa asing atau KBRI di Moskow, dimana saya mendapatkan banyak keterangan yang saya butuhkan dalam mempelajari bahasa Indonesia. Pada tahun 2004, saya menjadi peserta dalam konferensi mengenai sejarah, kesusasteraan dan kebudayaan dunia Melayu yang meliputi negara Malaysia, Indonesia, Pilipina, Singapura dan Brunei. Untuk konferensi itu saya menyajikan makalah yang berjudul "Kecenderungan terakhir perkembangan musik kawula muda Indonesia".
Sejak tahun 2005, saya tinggal di Perancis dimana saya meneruskan kerjasama dengan komunitas Indonesia. Misalnya, saya memberi bantuan kepada Asosiasi Perancis-Indonesia dalam mengatur pesta makan dan menerjemahkan surat-surat kepada Duta Besar Indonesia di Perancis. Selain itu, saya pernah bekerja sebagai asisten pada sebuah pameran mengenai Indonesia yang diselenggarakan di kota Strasbourg oleh KBRI di Paris dan Majelis Perdagangan kota Strasbourg. Pada waktu itu saya dapat berkenalan dan berteman dengan banyak seniman dari berbagai daerah di Indonesia (misalnya, dengan sebuah tim kesenian dari Universitas Padjadjaran di Bandung), dan banyak mempelajari tentang ekonomi, politik dan seni tradisional Indonesia.
Pada tahun 2006, saya mulai berminat pada dunia perfilman Indonesia dan banyak mengumpulkan berbagai film Indonesia dalam bentuk VCD. Sekarang ini, saya memilikikoleksi sekitar 200 film Indonesia mulai dari tahun 70-an hingga masa ini. Saya lebih menyukai film dengan tema yang serius daripada kisah cinta atau film horor (yang biasanya terlihat konyol dan tidak menakutkan sama sekali), tapi ada banyak film komedi yang saya anggap menarik dan lucu sekali, seperti pada kebanyakan episode seri WarKop. Film-film seperti "Gie", "Daun di atas bantal", "Arisan!", "Denias, senandung di atas awan", "King" dan "Laskar Pelangi" termasuk film favorit saya.
Hubungan saya dengan Indonesia memasuki babak baru pada tahun 2008 ketika saya mulai bermain bulutangkis secara tetap. Saya menjadi anggota dari dua klub dan berlatih dengan teratur selama 6-12 jam seminggu. Selain latihan tetap, saya berpartisipasi dalam beberapa turnamen di universitas dan antar-klub dan mempermenangkan 3 medali emas di Belgia (2009) dan Belanda (2010). Di turnamen-turnamen tersebut saya bertemu dengan banyak pemain Indonesia dari berbagai negeri Eropa Barat, terutama Belanda dan Jerman.
Pada tahun 2010, saya pulang ke Rusia dan menetap disana selama 2 tahun lagi. Sampai saat ini saya belum pernah ke Indonesia, tetapi saya jauh lebih tertarik untuk pergi ke Indonesia dalam suatu misi atau kunjungan bisnis, dibandingkan bila saya pergi ke sana hanya sebagai wisatawan. Karena itu saya sedang mencari kesempatan pekerjaan di Indonesia atau negeri Asia yang berdekatan Indonesia seperti Malaysia dan Singapura, dimana saya bisa menggunakan bahasa Inggris, Indonesia dan Melayu dan pengetahuan saya dalam bidang komunikasi antarbudaya.